Tuesday 25 March 2014

5 Mitos Keliru Tentang Android

Pembaca terkasih,

Ditengah persaingan pasar smartphone yang
sengit, tak jarang kita temui kampanye
negatif yang dilakukan sang pesaing.
Ketakutan (fear), ketidakpastian
(uncertainty), dan keraguan (doubt),
atau sering disingkat FUD, menjadi
taktik pemasaran yang dianggap
ampuh.

Untungnya platform yang kompetitif
sering didukung oleh pengguna setia
yang mau merogoh kocek demi
perangkat pujaannya. Selain itu,
sebagian dari mereka juga rela menulis
review di internet sebagai bentuk
perlawanan terhadap rumor.

Internet menjadi media ampuh untuk
menyebarkan berita, termasuk berita
palsu, seperti kematian selebritas,
gosip, atau mitos. Begitu tersebar di
internet, Anda tidak bisa
menghentikannya walau ternyata
kabar tersebut tidak benar.

Begitu juga untuk platform mobile.
Banyak mitos keliru yang dikaitkan
dengan Android, dan mitos tersebut
terus berkembang. Berikut lima di
antaranya, seperti dikutip
KompasTekno dari Android Authority:

1. Android itu rumit
Banyak yang beranggapan bahwa
smartphone dengan sistem operasi
Android itu sulit digunakan. Pada
kenyataannya, ikon-ikon dan menu
yang ditampilkan Android lebih mudah
dipelajari.

Kebanyakan pemakai Android baru
berasal dari feature phone (ponsel
dengan kemampuan dasar). Feature
phone memiliki ikon yang kaku dan
pilihan menunya berlapis-lapis.
Berbeda dengan sistem operasi
Android yang dibuat agar
antarmukanya bisa dijelajahi dengan
mudah dan gampang dipelajari.
Dalam setiap versi terbarunya,
antarmukanya selalu ditingkatkan.

Tidak ada perbedaan penggunaannya
dibandingkan dengan platform lain.
Data IDC yang baru-baru ini
dikeluarkan menunjukkan pangsa
pasar Android mencapai 80 persen. Hal
tersebut menunjukkan betapa banyak
orang yang bisa dengan cepat
mengadopsi Android.

2. Android membutuhkan aplikasi
Task Killer
Banyak yang berpendapat bahwa
Android membutuhkan aplikasi Task
Killer yang berguna untuk menutup
aplikasi yang sudah digunakan dan
agar tidak berjalan di background.
Pada awal-awal beredarnya smartphone
Android, banyak aplikasi Task Killer
yang diunduh pengguna. Aplikasi lain
yang sejenis juga banyak diminati.

Apakah benar Task Killer bisa
menghemat baterai Android?
Beberapa argumen mengatakan, Task
Killer bisa menghemat baterai, tetapi
yang berpendapat sebaliknya pun
banyak. Seperti diskusi yang terjadi di
situs Lifehacker, ada yang mengatakan
stabilitas dan baterai lebih baik saat
Task Killer di-uninstall.
Untuk membuktikannya sendiri, coba
saja hapus aplikasi Task Killer di
perangkat Android Anda, kemudian
bandingkan performa dan daya tahan
baterainya.

3. Android banyak “malware”
Malware Android memang banyak
beredar. Namun, bagi pengguna
kebanyakan, Android sangatlah aman.
Untuk melindungi Android pun
pengguna bisa melakukannya dengan
mudah.

Setiap aplikasi dalam Android akan
meminta izin akses dari pengguna dan
pengguna bisa memutuskan sendiri
apakah ingin menginstal aplikasi
tersebut atau tidak.

Jika masih merasa rumit, masih ada
alternatif dengan menginstal aplikasi
keamanan yang independen. Jangan
memasang aplikasi di luar Google Play
Store karena kebanyakan malware
berasal dari sumber pihak ketiga.
Untuk mengidentifikasi malware,
jangan buru-buru melakukan update
suatu aplikasi, baca dahulu ulasan dan
lihat jumlah download-nya. Lakukan hal
yang sama saat Anda browsing di PC,
seperti tidak mengklik tautan atau
attachment e-mail yang mencurigakan.
Terakhir, jangan root Android Anda.
Bagian terlemah dari Android adalah
penggunanya. Jika pengguna mem-
bypass lapisan keamanan yang dibuat
dalam Android, maka pengguna
membahayakan smartphone-nya
sendiri.

4. Semua “smartphone” Android
sama
Banyak pengguna yang mengatakan
semua Android, merek dan model apa
pun, itu smartphone yang payah. Saat
ditelusuri, mereka ternyata
menggunakan smartphone Android
dengan spesifikasi rendah dan
biasanya dijual murah.

Google telah meningkatkan
pengalaman penggunaan Android dan
mengoptimalkan layanannya sehingga
pengguna tidak butuh hardware
canggih untuk menikmati platform ini.
Sayangnya, kadang vendor
smartphone memasang aplikasi
tambahan lain, seperti antarmuka
buatan mereka sendiri dan pemakai
Android memasang bloatware,
sehingga pekerjaan Google menjadi
sia-sia.

Sisi positif dengan tidak adanya
batasan dalam Android adalah,
pengguna bisa memilih beragam
perangkat dan harga yang bervariasi.
Namun, sisi negatifnya adalah adanya
kecacatan produk.

Bacalah review banyak-banyak agar
Anda bisa memilih smartphone Android
yang sesuai dan tidak harus merogok
kocek dalam-dalam.

5. Android lebih sering bermasalah
dibanding produk kompetitor
Pada saat awal smartphone Android
muncul, banyak yang berkata platform
ini lambat. Aplikasi milik Android juga
dibilang lebih sering crash dibanding
platform lain.

Yang sebenarnya terjadi adalah, tidak
seiring sejalannya update antara
hardware dan software. Pengembang
aplikasi kadang membutuhkan waktu
untuk mengoptimalkan aplikasinya tiap
kali ada update hardware.

Beberapa studi menunjukkan hasil
yang berbeda-beda. Seperti data dari
Crittercism yang dimuat majalah
Forbes yang mengatakan bahwa
aplikasi iOS lebih sering crash
dibanding aplikasi Android. Namun,
setahun kemudian, ternyata aplikasi
iOS 6 lebih baik dibanding yang
berjalan dengan Jelly Bean.
Setiap pengguna smartphone pasti
pernah mengalami crash. Komplain
yang lebih banyak dari Android
kemungkinan berasal dari pengguna
smartphone murah dengan hardware
yang underpowered, antarmuka yang
telah dikustomisasi, serta bloatware
yang diinstal.

Smartphone atau tablet Android yang
bagus tidak sering mengalami lag atau
crash dibanding perangkat platform
lain. Perlu diingat juga bahwa “bagus”
belum tentu memiliki spesifikasi
terbaik.

Terimakasih telah berkunjung, salam damai.

No comments: