Sunday, 30 March 2014

Orang yang Menderita Insomnia Otaknya Lebih Adaptif

Pembaca terkasih,

Insomnia dikaitkan dengan berbagai gangguan, mulai sakit kepala hingga gangguan jantung. Namun, orang yang mengalami gangguan tidur tidak selalu dicap lebih buruk.
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang menderita insomnia memiliki otak yang lebih aktif dan adaptif (mudah menyesuaikan diri dengan keadaan)

Sejak lama kurangnya tidur dihubungkan dengan memori yang semakin berkurang dan konsentrasi yang buruk. Berdasarkan data itu, Dr. Rachel Salasat, asisten profesor neurologi di Johns Hopkins University School of Medicine, beranggapan bahwa mereka yang tidak mengalami gangguan tidur akan lebih mudah dilatih dengan hal baru.
Para ilmuwan juga melakukan studi dengan melibatkan 38 partisipan. Sebanyak 18 partisipan merupakan orang yang telah mengalami insomnia selama satu tahun atau lebih, sedang 10 sisanya tidak mengalami gangguan tidur.
Para peneliti menstimulasi area korteks motorik pada otak partisipan, kemudian merekam gerakan jempol yang dihasilkan. Setelah itu, para partisipan diajarkan gerakan baru yang berlawanan arah dengan gerakan sebelumnya.
Apakah benar terbukti bahwa orang yang tidak mengalami gangguan tidur lebih mudah mempelajari hal baru? Ternyata tidak.

Sebaliknya, orang yang mengalami insomnia justru memiliki korteks motorik yang lebih plastis sehingga lebih adaptif terhadap perubahan dibanding orang yang tidur normal.
Selain itu, partisipan dengan insomnia juga memiliki neuron yang lebih aktif dan mudah dirangsang. Ini merupakan tambahan bukti yang membenarkan anggapan bahwa otak penderita insomnia berada dalam kondisi selalu mengolah informasi.

"Insomnia bukan gangguan pada malam hari. Insomnia adalah kondisi otak selama 24 jam, seperti sakelar lampu yang selalu menyala," kata Dr. Salasat, seperti dilansir laman Daily Mail, Kamis (27/3)
Bertambahnya plastisitas otak pada penderita insomnia masih belum diketahui sebab, akibat, maupun manfaatnya secara jelas. Dr Salasat yakin meningkatnya plastisitas disebabkan oleh meningkatnya metabolisme tubuh, meningkatnya kadar kortisol, dan kecemasan yang terus-menerus. 

2 comments:

Ega Byte said...

contoh nya yg punya BLOG ma yg kasih koment ini..wkwkwkwkw,,,terusin berkarya om,,,kata kan apa yang seharus nya kamu katakan.

Unknown said...

Hahahaa,, terus ngunu,,
Okeeee siaapp ndan,,!!!